Komik dan Pengaruhnya terhadap Gambar Karya
Anak-anak Sekolah Dasar
Oleh
Jajang Suryana
Diresume
oleh Ni Made Mitasasrini
Masuknya tokoh-tokoh cerita asing ke Indonesia menjadikan tokoh-tokoh
cerita nusantara menjadi kalah saing karena anak-anak lebih mengenal para tokoh
yang ada pada cerita asing dan mulai meinggalkan tokoh-tokoh cerita
nusantaranya. Kejadian itu tentunya menjadi peristiwa yang sangat
memprihatinkan bagi para nasionalis yang bangga terhadap tokoh-tokoh cerita
asli nusantara. Berbagai pertanyaan mulai bermunculan berkaitan dengan
keberadaan komik-komik asing yang menjadi dipopulerkan oleh anak-anak saat itu.
Buku komik kini tidak
semata hanya berisi cerita gembira, lucu, dan mudah dicerna. Cerita-cerita
komik masa kini buatan negara luar banyak yang menggambarkan tentang kekerasan,
keruwetan, kebengisan, kesadisan, bahkan kecabulan.
Pertumbuhan komik di Indonesia diawali pada tahun 1930-an. Namun pada tahun 1953-an, komik impor
mulai menguasai peredaran komik di Indonesia. Komik dengan cerita superhero menjadi bacaan yang paling digemari
pada saat itu. Para pembuat komik Indonesia juga tidak ingin kalah. Beberapa
kelompok pekomik Indonesia mencoba bangkit dengan karya dan tampilan yang baru.
Pekomik Indonesia pernah membuat komik dengan tema yang terdiri atas: komik
wayang, superhero, roman (percintaan,
silat, dan sejarah), dan dongeng. Namun hal itu tidak didukung oleh pihak
penerbit yang tidak bisa memberikan bantuan terkait dengan masalah dana
penerbitan yang mahal dibandingkan dengan menerbitkan
komik impor yang
ketika dibeli lisensinya telah siap cetak dengan harga lebih murah.
Komik impor
seperti buatan perusahaan Jepang biasanya tema ceritanya terdiri atas cerita
untuk anak-anak murni, cerita tentang anak tetapi ditujukan untuk orang dewasa,
cerita remaja, dan cerita untuk orang dewasa murni. Oleh karena itu tidak semua
komik tersebut cocok dikonsumsi untuk anak-anak. Pada umumnya, banyak para
orang tua beranggapan bahwa komik maupun kartun adalah untuk anak-anak, seihingga
membiarkan anak-anaknya bebas menentukan komik apa yang akan ingin dibaca. Hal
itu menunjukkan kurangnya perhatian orang tua kepada anak-anaknya.
Pada tahapan anak-anak usia sekolah
dasar menjadi sangat rentan terhadap pengaruh dari komik-komik tersebut,
terlebih lagi dengan adanya komik-komik impor yang lebih digemari oleh anak
usia sekolah dasar. Pada anak usia sekolah dasar adalah fase-fase meniru, mereka
suka meniru model atau tokoh-tokoh yang dikaguminya. Dari tokoh-tokoh yang
digemarinya tersebut dapat memberikan inspirasi bagi anak usia sekolah dasar. Misalnya
pada kegiatan menggambar. Imajinasi mereka muncul berdasar dari aktifitas yang biasanya
dilakukan seperti membaca komik dan menonton kartun. Secara tidak langsung, mereka
ingin menguasai cara menggambar objek secara mirip dari tokoh cerita yang
digemarinya.
Dalam kegiatan siswa meniru gambar
tokoh cerita kesukaannya juga bisa menjadikan penghambat bagi perkembangaan
nalar yang semakin realis. Anak-anak terkadang selalu memiliki pikiran untuk
dapat meniru gambar tokoh cerita dengan sangat mirip, namun pada kenyataannya
hasil gambar yang tidak mirip dapat menjadi mengganggu rasa percaya diri anak tersebut
sehingga mereka lebih suka menghapus gambar karyanya.
Anak-anak
sekolah dasar masa kini, tampak sangat tertarik oleh aneka cerita komik buatan
seniman asing, terutama buatan seniman Jepang. Tokoh-tokoh cerita tersebut kini
telah begitu mengakar dalam ingatan anak-anak. Ketika anak-anak membuat gambar
sebagai tugas yang diberikan oleh guru di sekolah, atau pun ketika menggambar
suka hati di rumah, gambaran yang sering dibuat adalah gambar tokoh-tokoh
cerita komik sebagai objek gambar kesukaan mereka. Tokoh-tokoh komik itu yang
kini telah mendominasi inspirasi mereka dalam menggambar. Oleh karena itu,
komik sebagai karya seni rupa dan sastra dapat memberikan pengaruh yang besar
terhadap daya kreatifitas anak sekolah dasar dalam membuat suatu karya seni
rupa yang berupa gambar.