Senin, 17 Maret 2014

Resume

Komik dan Pengaruhnya terhadap Gambar Karya Anak-anak Sekolah Dasar
Oleh Jajang Suryana
Diresume oleh Ni Made Mitasasrini

Masuknya tokoh-tokoh cerita asing ke Indonesia menjadikan tokoh-tokoh cerita nusantara menjadi kalah saing karena anak-anak lebih mengenal para tokoh yang ada pada cerita asing dan mulai meinggalkan tokoh-tokoh cerita nusantaranya. Kejadian itu tentunya menjadi peristiwa yang sangat memprihatinkan bagi para nasionalis yang bangga terhadap tokoh-tokoh cerita asli nusantara. Berbagai pertanyaan mulai bermunculan berkaitan dengan keberadaan komik-komik asing yang menjadi dipopulerkan oleh anak-anak saat itu.
Buku komik kini tidak semata hanya berisi cerita gembira, lucu, dan mudah dicerna. Cerita-cerita komik masa kini buatan negara luar banyak yang menggambarkan tentang kekerasan, keruwetan, kebengisan, kesadisan, bahkan kecabulan.
Pertumbuhan komik di Indonesia diawali pada tahun 1930-an. Namun pada tahun 1953-an, komik impor mulai menguasai peredaran komik di Indonesia. Komik dengan cerita superhero menjadi bacaan yang paling digemari pada saat itu. Para pembuat komik Indonesia juga tidak ingin kalah. Beberapa kelompok pekomik Indonesia mencoba bangkit dengan karya dan tampilan yang baru. Pekomik Indonesia pernah membuat komik dengan tema yang terdiri atas: komik wayang, superhero, roman (percintaan, silat, dan sejarah), dan dongeng. Namun hal itu tidak didukung oleh pihak penerbit yang tidak bisa memberikan bantuan terkait dengan masalah dana penerbitan yang mahal dibandingkan dengan menerbitkan
komik impor yang  ketika dibeli lisensinya telah siap cetak dengan harga lebih murah.
Komik impor seperti buatan perusahaan Jepang biasanya tema ceritanya terdiri atas cerita untuk anak-anak murni, cerita tentang anak tetapi ditujukan untuk orang dewasa, cerita remaja, dan cerita untuk orang dewasa murni. Oleh karena itu tidak semua komik tersebut cocok dikonsumsi untuk anak-anak. Pada umumnya, banyak para orang tua beranggapan bahwa komik maupun kartun adalah untuk anak-anak, seihingga membiarkan anak-anaknya bebas menentukan komik apa yang akan ingin dibaca. Hal itu menunjukkan kurangnya perhatian orang tua kepada anak-anaknya.
Pada tahapan anak-anak usia sekolah dasar menjadi sangat rentan terhadap pengaruh dari komik-komik tersebut, terlebih lagi dengan adanya komik-komik impor yang lebih digemari oleh anak usia sekolah dasar. Pada anak usia sekolah dasar adalah fase-fase meniru, mereka suka meniru model atau tokoh-tokoh yang dikaguminya. Dari tokoh-tokoh yang digemarinya tersebut dapat memberikan inspirasi bagi anak usia sekolah dasar. Misalnya pada kegiatan menggambar. Imajinasi mereka muncul berdasar dari aktifitas yang biasanya dilakukan seperti membaca komik dan menonton kartun. Secara tidak langsung, mereka ingin menguasai cara menggambar objek secara mirip dari tokoh cerita yang digemarinya.
Dalam kegiatan siswa meniru gambar tokoh cerita kesukaannya juga bisa menjadikan penghambat bagi perkembangaan nalar yang semakin realis. Anak-anak terkadang selalu memiliki pikiran untuk dapat meniru gambar tokoh cerita dengan sangat mirip, namun pada kenyataannya hasil gambar yang tidak mirip dapat menjadi mengganggu rasa percaya diri anak tersebut sehingga mereka lebih suka menghapus gambar karyanya.
Anak-anak sekolah dasar masa kini, tampak sangat tertarik oleh aneka cerita komik buatan seniman asing, terutama buatan seniman Jepang. Tokoh-tokoh cerita tersebut kini telah begitu mengakar dalam ingatan anak-anak. Ketika anak-anak membuat gambar sebagai tugas yang diberikan oleh guru di sekolah, atau pun ketika menggambar suka hati di rumah, gambaran yang sering dibuat adalah gambar tokoh-tokoh cerita komik sebagai objek gambar kesukaan mereka. Tokoh-tokoh komik itu yang kini telah mendominasi inspirasi mereka dalam menggambar. Oleh karena itu, komik sebagai karya seni rupa dan sastra dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap daya kreatifitas anak sekolah dasar dalam membuat suatu karya seni rupa yang berupa gambar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar