Sabtu, 14 Juni 2014

Cetak Tinggi

            Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak akan pernah terlepas dari yang namanya seni. Tanpa disadari banyak benda-benda atau karya-karya yang disekeliling kita yang sering dilihat, didengar, dirasakan, bahkan digunakan memiliki unsur seni. Entah itu berupa seni rupa, seni musik, seni tari maupun seni teater.
Dengan mendapatkan Mata Kuliah Pendidikan Seni Rupa tentunya sangat memberikan manfaat yang besar bagi mahasiswa, karena dalam perkuliahan ini banyak karya-karya yang diajarkan kepada kami. Salah satunya seperti membuat karya seni rupa seperti mencetak. Mencetak merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperbanyak gambar. Salah satu proses mencetak adalah cetak tinggi. 
Pertama kali mendengar istilah cetak tinggi saya merasa bingung. Apa itu cetak tinggi? Bagaimana bentuk cetak tinggi?. Namun setelah diberikan sedikit penjelasan oleh dosen pengampu mata kuliah seni rupa yaitu Bapak Jajang Suryana, saya jadi ingat sesuatu. Dulu semasa masih TK (Taman Kanak-kanak) saya pernah melakukan kegiatan tersebut. Oleh karena itu, setelah diberikan petunjuk oleh bapak dosen, saya jadi mengetahui cetak tinggi itu seperti apa. Nah mungkin kejadian tersebut juga pernah dialami oleh yang lainnya. Padahal cetak tinggi tersebut sering digunakan oleh orang-orang bahkan mungkin oleh diri kita sendiri. Pernahkan kalian melihat stempel atau bahkan menggunakannya? Nah stempel tersebut merupakan salah satu benda yang menerapkan prinsip cetak tinggi.
Cetak tinggi merupakan salah satu seni cetak yang menggunakan bagian-bagian yang lebih tinggi atau timbul yang berasal dari benda yang digunakan sebagai alat cetak. Teknik  pembuatan cetak tinggi sangatlah mudah, sehingga sangat cocok untuk diterapkan atau diajarkan kepada anak sekolah dasar, karena dalam pembuatannya dapat menggunakan bahan-bahan yang ada pada lingkungan sekitar sehingga tidak sulit untuk mendapatkannya. Adapun bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai alat pencetak adalah benda-benda yang memiliki tekstur lunak seperti kentang, wortel, ketela, atau sejenis umbi-umbian lainnya. Selain itu juga, bahan yang sudah memiliki bentuk ukiran atau relif juga dapat digunakan sebagai alat pencetak, contohnya pelepah daun pisang. Kedua bahan tersebut tentunya memiliki perbedaan, sehingga dalam proses pencetakan gambarnya juga menggunakan teknik yang berbeda. Apabila menggunakan bahan yang lunak seperti umbi-umbian kita perlu membuat bentuk sesuai dengan yang diinginkan seperti mengukir bahan tersebut sehingga ada permukaan yang lebih menonjol. Teknik tersebut biasanya disebut dengan menoreh atau mencukil.  Sedangkan apabila menggunakan benda yang sudah memiliki bentuk ukiran seperti pelepah pisang tersebut tentunya akan menjadi lebih mudah, hanya dengan memotong pelepah pisang itu agar permukaannya datar.
Untuk lebih jelasnya, akan dijabarkan alat dan bahan, serta langkah-langkah dalam kegiatan cetak tinggi.
Alat dan Bahan:
  1. Kertas gambar
  2. Pelepah daun pisang
  3. Umbi-umbian
  4. Pewarna (tinta stempel, cat air, pewarna makanan)
  5. Pisau
  6. Alas pewarna (spon)

Langkah-langkah Pembuatan:
1.      Pilihlah bahan yang akan digunakan sebagai penampang atau acuan cetaknya. Bahan yang bisa digunakan pelepah daun pisang ataupun umbi-umbian.
2.      Potonglah penampang bahan acuan cetak itu dengan menggunakan pisau. Apabila bahan yang digunakan adalah pelepah pisang, potonganya harus dipotong sehingga permukaannya rata. Sedangkan apabila menggunakan umbi-umbian, bisa dibentuk agar permukaannya timbul atau bisa juga membentuknya dengan dicungkil menggunakan pisau sehingga terdapat permukaan yang berbeda-beda.
3.     Siapkan pewarna untuk mencetak gambar. Pewarna yang digunakan dapat berupa tinta stempel, cat air, atau pewarna makanan. 
4.     Tuangkan pewarna cair diatas spon.
5.   Tempelkan bahan cetakan pada spon yang sudah diisi pewarna.
6.      Tempelkan bahan cetak yang sudah berisi pewarna pada kertas gambar yang telah disiapkan.
7.      Tekan bahan cetakan tersebut agar bentuknya dapat menempel dengan kuat.
8.      Angkat acuan cetaknya.
9.   Begitu seterusnya dilakukan sesuai selera jika ingin membuat bekas apa saja pada permukaan kertas gambar.
10. Gambar acuan cetak akan meninggalkan bekas  pada kertas gambar sesuai dengan bagian yang menonjol atau timbul dari bahan cetakan.
Berikut ini adalah hasil karya cetak tinggi yang saya buat dengan menggunakan pelepah daun pisang sebagai bahan cetakannya.
Gambar 1. Menggunakan Pewarna Makanan

Gambar 2. Menggunakan Tinta Stempel

Gambar 3. Menggunakan Tinta Stempel

 Dari ketiga gambar diatas, dua gambar yang menggunakan pewarna dari tinta stempel dan satu gambar menggunakan pewarna makanan. Bisa kalian lihat, perbedaan yang terjadi antara gambar yang menggunakan tinta stempel dengan pewarna makanan. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada gambar 1 yang menggunaka pewarna makanan, gambarnya terlihat lebih terang, karena dapat memadukan dua warna yang berbeda. Namun, untuk kerapian dan kejelasan motif dari bahan cetakan yang digunakan masih kurang bagus. Ada motif yang hampir tidak terlihat dikarenakan pewarnanya terlalu tebal menempel pada gambar. Sedangkan pada gambar 2 dan 3 menggunakan tinta stempel sebagai pewarnanya. Pada kedua gambar tersebut terlihat kurang menarik, karena hanya menggunakan satu warna saja. Selain itu, ada beberapa bagian motif yang warnanya hampir tidak terlihat. Namun, dengan menggunakan tinta stempel tersebut lebih mudah sehingga menghasilkan gambar yang lebih rapi.
 Dalam pembuatan karya cetak tinggi tersebut, sebenarnya sangat sederhana. Akan tetapi ada saja kendala yang saya alami, seperti hasil cetakan gambar yang kurang bagus. Ada kalanya pada hasil cetakan gambar tintanya terlalu tebal sehingg bentukknya menjadi tidak jelas dan kebalikannya, hasil cetakan gambarnya ada yang tidak terlihat. Setelah dicoba berulang-ulang kali, akhirnya saya dapat mengetahui penyebab dari kejadian tersebut. Yang menyebabkan hasil cetakan gambarnya terlalu tebal adalah karena pada permukaan bahan cetakan, pewarnanya masih banyak melekat, sedangkan yang mengakibatkan hasil cetakan gambar ada yang tidak terlihat karena kurang memberikan tekanan pada saat menempelkan bahan cetakan diatas kertas gambar.
Dengan diberikannya meteri mengenai cetak tinggi serta praktek dalam membuat karya dengan teknik cetak tinggi tersebut sangat memberikan manfaat bagi diri saya. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai bekal nantinya untuk mengajarkan kegiatan tersebut kepada peserta didik. Banyak manfaat yang akan diperoleh oleh siswa dalam kegiatan membuat karya cetak tinggi, seperti dapat melatih keterampilan siswa, serta melatih perkembangan diri siswa.  



Senin, 21 April 2014

Pendidikan Seni

Setiap orang tentunya pasti sudah mengenal namanya seni. Tanpa disadari ternyata seni tersebut sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan kini menjadi sesuatu yang dibutuhan oleh manusia. Seni adalah segala macam keindahan yang diciptakan manusia.
Seni itu dapat berupa ekspresi manusia yang memiliki unsur keindahan yang dapat diungkapkan melalui suatu media yang bersifat nyata dan dapat dinikmati oleh kelima panca indera manusia.  Adapun jenis-jenis seni diantaranya: seni gerak (seni tari), seni suara (seni suara/musik), seni bentuk/rupa (seni rupa), dan seni bahasa (seni sastra).
            Di dalam kehidupan ini pendidikan merupakan hal yang sangat penting diberikan kepada setiap manusia. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Berbagai jenis pendidikan muncul sesuai dengan perkembangan masyarakat. Salah satunya yaitu pendidikan seni. Pendidikan seni ini merupakan suatu proses pendidikan yang tidak hanya difungsikan untuk melatih siswa agar mampu menguasai proses dan teknik dalam berkarya seni, namun melalui proses ini juga dapat difungsikan sebagai alat dalam pendidikan untuk membantu siswa mencapai kedewasaan.
Kedewasaan yang dicapai pada pendidikan seni ini adalah jasmani dan rohani. Secara jasmani setiap anak-anak tentunya akan mengalami perkembangan fisik. Dari pendidikan seni ini anak-anak akan dibimbing untuk menumbuhkembangkan kedewasaan jasmaninya menjadi lebih baik sehingga perkembangannya sesuai pada usianya. Selain itu secara rohani dengan pendidikan seni ini anak-anak akan dapat mengembangkan pola pikirnya tentang hal-hal yang bersifat kerohani sehingga dapat berkembang dengan baik.
Dengan begitu pendidikan seni dapat dijadikan sebagai sarana untuk pengembangan kreativitas anak. Pelaksanaan pendidikan seni dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan, bahkan dalam kegiatan permainan juga dapat menimbulkan pendidikan seni. Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif. Melalui permainan, kita dapat mendidik anak dan membina kreativitasnya sedini mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seni dapat digunakan sebagai alat pendidikan. Melalui permainan dalam pendidikan seni anak memiliki keleluasaan untuk mengembangkan kreativitasnya.

Minggu, 20 April 2014

Air Brush Sederhana

Air brush adalah sebuah teknik seni rupa yang menggunakan tekanan udara untuk menyemburkan cat atau pewarna pada bidang kerja. Dalam seni lukis modern, air brush dikenal sebagai salah satu seni lukis yang dapat dikatakan sangat berbeda terutama pada alat yang di gunakan. Pada peralatan air brush yang pada umumnya menggunakan sprayer dalam melukis. Dewasa ini teknik air brush banyak digemari oleh kalangan kaum muda. Salah satu contohnya yaitu banyak anak muda yang mengecat ulang warna dan membuat desain baru pada kendaraannya. Untuk melakukannya itu tentunya dengan menerapkan teknik air brush dengan memadukan kerja dari tiga peralatan utama yaitu pompa, tangki udara dan pen. Pompa menghasilkan udara yang ditampung dalam tangki udara. Udara yang terkumpul dalam tangki semakin lama semakin tinggi tekanannya kemudian dikeluarkan melalui pen dalam bentuk dorongan angin. Dengan bantuan angin dari tangki udara, cat dapat keluar dalam butiran-butiran yang sangat halus.
Teknik air brush sederhana dapat dilakukan untuk siswa dikalangan sekolah dasar. Alat dan bahan yang digunakan tentunya sangat berbeda dengan teknik air brush modern. Alat-alat yang dapat digunakan pada teknik air brush sederhana sangat mudah ditemukan karena berasal dari lingkungan sekitar. Berikut ini adalah alat dan bahan yang digunakan dalam teknik air brush sederhana serta langkah-langkah pembuatannya.
Alat dan Bahan:
  1. Kertas gambar
  2. Sikat gigi bekas
  3. Saringan atau sisir
  4. Pewarna (seperti cat air, pewarna makanan, dll)
  5. Berbagai bentuk pola cetakan (daun, ranting pohon, potongan gambar, dll)

Langkah-langkah Pembuatan:
  1. Siapkan kertas gambar.
  2. Pilih pola yang akan digunakan.
  3. Atur letak pola diatas kertas gambar yang akan digunakan.
  4. Siapkan pewarna yang diinginkan untuk memberi warna pada kertas gambar.
  5. Celupkan sikat gigi pada pewarna.
  6. Atur jarak saringan atau sisir agar tidak terlalu dekat dengan kertas gambar.
  7. Gosok-gosokkan sikat gigi yang telah diberi pewarna diatas saringan atau sisir.
  8. Celupkan kembali sikat gigi yang sudah dicuci pada pewarna lain bila ingin menumpuk warna.
  9. Jika ingin membuat perbedaan warna pada pola yang digunakan, dapat dilakukan dengan menggeser sedikit demi sedikit pola tersebut.
  10. Beri pewarna yang berbeda lagi dengan cara menggosok-gosokkan sikat gigi pada saringan atau sisir.
  11. Tunggu hingga pewarna tersebut kering.

    Dibawah ini adalah hasil gambar yang saya buat dengan menggunakan teknik air brush sederhana.
Gambar Air Brush

Dari kegiatan menggambar dengan menerapkan teknik air brush sederhana tersebut, ada kendala yang saya hadapi, seperti saat menggosok-gosokkan sikat gigi yang sudah dicelupkan dengan pewarna diatas saringan atau sisir titik-titik air yang turun tidak teratur. Ada yang titik-titiknya kecil, besar-besar, hingga belepotan pada kertas gambar. Hal tersebut tentunya tidak terlihat indah. Namun dari kejadian itu, dosen pengampu mata kuliah seni rupa memberikan arahan agar mengatur jarak saringan atau sisir saat digosokkan dan juga kecepatan saat menggosokkan sikat gigi. Ternyata untuk menghasilkan titik-titik air yang bagus, jarak saringan saat menggosokkan sikat tidak boleh terlalu dekat dengan kertas gambar. Selain itu saat menggosokkan sikat gigi juga harus cepat dan saat mencelupkan sikat gigi pada pewarna agar tidak terlalu banyak dan basah untuk menghindari tetesan titik yang besar.
Menggambar dengan menerapkan teknik air brush sederhana tersebut sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran kesenian di sekolah dasar. Dari kegiatan tersebut tentunya akan dapat melatih kreativitas anak dalam membuat pola-pola gambar yang menarik dan berkreasi untuk memadukan warna dalam membuat desain agar menjadi gambar yang indah. Selain itu dapat melatih kesabaran anak pada saat menyikatkan warna karena membutuhkan waktu yang cukup lama.


MONTASE

            Dalam kegiatan pembelajaran, khususnya di sekolah dasar kini telah ada banyak cara atau teknik dalam menghasilkan suatu karya. Salah satunya yaitu menggambar. Menggambar merupakan kegiatan yang sudah tidak asing lagi dikenal oleh banyak orang. Namun seiring dengan perkembangan zaman, banyak karya seni rupa yang dapat diajarkan untuk anak usia sekolah dasar untuk lebih menumbuhkan daya kreativitas mereka. Salah satunya yaitu montase. Montase adalah kegiatan menyusun ulang sesuatu yang sudah ada atau teknik menggambar dengan memanfaatkan gambar yang sudah tersedia, kemudian disusun menjadi sebuah gambaran yang baru. Misalnya memiliki gambar berupa foto, gambar yang ada pada majalah, dipotong dan tempelkan pada latar belakang yang berbeda sehingga menimbulkan gambar baru.
            Kegiatan montase ini kini banyak difungsikan pada dunia entertain seperti untuk menggarap film dan fotografi. Teknik montase tersebut tersedia pada program photoshop salah satunya. Dengan menggunakan program tersebut tentunya akan memudahkan pekerjaannya untuk membuat montase, akan tetapi tidak semua orang mahir dalam menjalankan program photoshop tersebut.
Dalam mengajarkan siswa membuat montase, dapat memanfaatkan buku-buku yang bergambar seperti majalah, koran, dan lain-lain. Siswa dituntut untuk kreatif dalam memadukan gambar yang satu dengan yang lainnya sehingga menghasilkan bentuk yang baru. Pada gambar montase juga dapat tersirat pesan atau cerita dari hasil gambaran yang telah digabungkan. Pembuatan montase ini membutuhkan bahan utama yang berupa gambar-gambar yang telah ada. Misalnya gambar pada majalah, koran, buku dan lain-lain. Sehingga untuk pembuatannya sangat sederhana dan tidak membutuhkan biaya.     
            Berikut ini adalah alat dan bahan yang digunakan dalam membuat montase serta langkah-langkah dalam membuat montase.
Alat dan Bahan:
  1. Buku gambar
  2. Gambar-gambar (dari majalah, koran, dll)
  3. Gunting
  4. Lem kertas

 Langkah-langkah Pembuatan:
  1. Sediakan buku gambar sebagai alas untuk menempel gambar.
  2. Pilih gambar yang akan digunakan.
  3. Gunting gambar yang diinginkan.
  4. Pasangkan gambar-gambar yang telah digunting.
  5. Beri lem pada gambar yang telah dipilih sehingga menempel pada kertas gambar.

Kegiatan tersebut tentunya sangat mudah dan menyenangkan, karena kita bisa membuat suatu cerita yang lucu dari hasil menggabungkan gambar satu dengan yang lainnya. Dengan begitu tentunya akan dapat membuat kesan yang menggembirakan bagi anak sekolah dasar dalam membuat montase ini. Dibawah ini adalah hasil montase yang saya buat.


Gambar Montase
Gambar diatas adalah contoh montase yang saya buat dalam mata kuliah pendidikan seni rupa. Dalam proses pembuatannya tidak begitu sulit, namun kendala yang saya hadapi adalah bingung untuk menggabungkan gambar. Selain itu juga minimnya gambar-gambar yang saya miliki sehingga kurang berkreasi dalam menggabungkan gambar tersebut. Akan tetapi apabila gambar yang disediakan cukup banyak tentunya akan memudahkan kita dalam membuat montase dan lebih kreatif dalam menggabungkan gambar. Namun setidaknya saya telah berusaha, dan yang terpenting adalah sudah mengerti dengan teknik montase tersebut.
            Dengan diberikannya materi tentang montase ini tentunya akan sangat bermanfaat bagi peserta didik untuk menumbuhkan kreativitasnya dalam memilih dan menyusun potongan gambar menjadi satu kesatuan.
                                    

Mozaik

Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang pastinya akan selalu menemukan yang namanya seni. Dengan kata lain, seni telah menjadi bagian hidup yang selalu mengiringi kehidupan setiap orang. Banyak hal yang berhubungan dengan seni, baik itu berupa seni musik, seni tari, seni drama atau teater, maupun seni rupa. Dari kesekian banyak jenis seni, salah satu seni yang paling sering dilakukan dalam kegiatan pembelajaran kesenian adalah seni rupa, misalnya seperti menggambar.
Dalam kegiatan pembelajaran kesenian, menggambar menjadi salah satu alternatif dalam kegiatan pembelajarannya. Untuk siswa dikalangan sekolah dasar tentunya menggambar sudah menjadi hal yang biasa. Hanya dengan menggunakan pensil dan kemudian diberi warna dengan pensil warna dan sejenisnya maka akan jadi sebuah seni rupa. Agar kegiatan pembelajarannya tidak monoton, seorang guru tentunya harus memiliki ide-ide kreatif dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Guru dapat membuat variasi dalam kegiatan menggambar siswa, seperti dengan membuat mozaik.
Mozaik termasuk dalam karya seni rupa. Mozaik adalah menggambar dengan cara memanfaatkan bentuk-bentuk geometris tertentu yang digunakan sebagai pengganti bahan pewarna. Mozaik ini pada umumnya digunakan sebagai gambaran untuk menghiasi bangunan-bangunan ibadah dimana bahannya yang digunakan yaitu keramik, kaca warna dan lain-lain sehingga menjadi hiasan yang sangat indah. Material yang digunakan tersebut dipotong-potong atau sudah berbentuk potongan kemudian disusun dengan ditempelkan pada bidang datar dengan cara di lem. Hal ini dilakukan dengan cara membuat pola gambar yang diinginkan terlebih dahulu.
Kini dalam pembuatan mozaik ini dapat menggunakan berbagai bahan sesuai dengan kreativitas orang yang membuatnya. Untuk membuat mozaik dikalangan siswa sekolah dasar dapat menggunakan bahan yang sederhana seperti kertas warna, majalah, maupun kertas-kertas bekas lainnya. Bahan-bahan tersebut yang nantinya akan menjadi pengganti warna sehingga tidak perlu menggunakan pensil warna lagi.
Dalam pembuatan mozaik ini, alat dan bahan yang digunakan dan langkah-langkah pembuatannya cukup sederhana, yaitu sebagai berikut.
Alat dan Bahan:
  1. Kertas gambar
  2. Pensil
  3. Kertas   berwarna/majalah bekas
  4. Lem kertas
  5. Gunting

Langkah-langkah pembuatan:
1.      Siapkan kertas gambar.
2.      Bentuk pola  gambar yang diinginkan diatas kertas gambar.
3.      Gunting kertas warna/majalah bekas dengan bentuk bangun datar geometris, seperti kotak, lingkaran, segitiga, dan sebagainya.
4.      Olesi kertas gambar yang telah berpola tersebut dengan lem kertas.
5.      Tempelkan potongan kertas warna/majalah bekas pada bagian pola gambar yang telah di bentuk.
Dibawah ini adalah mozaik yang saya buat.

Gambar Mozaik

Dalam pembuatan mozaik ini cukup mudah, namun membutuhkan kesabaran yang tinggi pada saat menempelkan kertas warna/majalah bekas yang telah dipotong kecil-kecil dengan bentuk geometris kotak-kotak dan lingkaran. Karena ukuran kertas yang telah dipotong kecil-kecil, sedangkan pola gambar yang dibuat cukup besar sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk menempelnya. Terlebih lagi apabila salah menempelkan warna atau bentuk potongan kertas tentunya akan susah untuk dilepas dan kemungkinan menyebabkan kertas gambar akan robek.
Oleh karena itu, untuk dapat membuat mozaik diperlukan modal kesabaran yang besar saat menempel potongan-potongan kertas sehingga berbentuk sesuai dengan pola gambar yang dibuat. Selain itu juga diperlukan ketelitian saat menempel potongan-potongan kertas warna untuk menghindari kesalahan menempel potongan kertas. Untuk anak sekolah dasar cukup membuat mozaik dengan pola gambar yang sederhana dan tidak terlalu besar sehingga tidak banyak waktu yang diperlukan untuk menempelkan potongan-potongan kertas warnanya.
Kegiatan membuat mozaik ini sangat bagus diterapkan pada peserta didik, karena dapat melatih kesabaran, ketelitian atau kecermatan dan mengembangkan kreativitas siswa. Dengan begitu kegiatan membuat mozaik ini bisa menjadi salah satu alternatif dalam kegiatan pembelajaran peserta didik.



Senin, 17 Maret 2014

Resume

Komik dan Pengaruhnya terhadap Gambar Karya Anak-anak Sekolah Dasar
Oleh Jajang Suryana
Diresume oleh Ni Made Mitasasrini

Masuknya tokoh-tokoh cerita asing ke Indonesia menjadikan tokoh-tokoh cerita nusantara menjadi kalah saing karena anak-anak lebih mengenal para tokoh yang ada pada cerita asing dan mulai meinggalkan tokoh-tokoh cerita nusantaranya. Kejadian itu tentunya menjadi peristiwa yang sangat memprihatinkan bagi para nasionalis yang bangga terhadap tokoh-tokoh cerita asli nusantara. Berbagai pertanyaan mulai bermunculan berkaitan dengan keberadaan komik-komik asing yang menjadi dipopulerkan oleh anak-anak saat itu.
Buku komik kini tidak semata hanya berisi cerita gembira, lucu, dan mudah dicerna. Cerita-cerita komik masa kini buatan negara luar banyak yang menggambarkan tentang kekerasan, keruwetan, kebengisan, kesadisan, bahkan kecabulan.
Pertumbuhan komik di Indonesia diawali pada tahun 1930-an. Namun pada tahun 1953-an, komik impor mulai menguasai peredaran komik di Indonesia. Komik dengan cerita superhero menjadi bacaan yang paling digemari pada saat itu. Para pembuat komik Indonesia juga tidak ingin kalah. Beberapa kelompok pekomik Indonesia mencoba bangkit dengan karya dan tampilan yang baru. Pekomik Indonesia pernah membuat komik dengan tema yang terdiri atas: komik wayang, superhero, roman (percintaan, silat, dan sejarah), dan dongeng. Namun hal itu tidak didukung oleh pihak penerbit yang tidak bisa memberikan bantuan terkait dengan masalah dana penerbitan yang mahal dibandingkan dengan menerbitkan
komik impor yang  ketika dibeli lisensinya telah siap cetak dengan harga lebih murah.
Komik impor seperti buatan perusahaan Jepang biasanya tema ceritanya terdiri atas cerita untuk anak-anak murni, cerita tentang anak tetapi ditujukan untuk orang dewasa, cerita remaja, dan cerita untuk orang dewasa murni. Oleh karena itu tidak semua komik tersebut cocok dikonsumsi untuk anak-anak. Pada umumnya, banyak para orang tua beranggapan bahwa komik maupun kartun adalah untuk anak-anak, seihingga membiarkan anak-anaknya bebas menentukan komik apa yang akan ingin dibaca. Hal itu menunjukkan kurangnya perhatian orang tua kepada anak-anaknya.
Pada tahapan anak-anak usia sekolah dasar menjadi sangat rentan terhadap pengaruh dari komik-komik tersebut, terlebih lagi dengan adanya komik-komik impor yang lebih digemari oleh anak usia sekolah dasar. Pada anak usia sekolah dasar adalah fase-fase meniru, mereka suka meniru model atau tokoh-tokoh yang dikaguminya. Dari tokoh-tokoh yang digemarinya tersebut dapat memberikan inspirasi bagi anak usia sekolah dasar. Misalnya pada kegiatan menggambar. Imajinasi mereka muncul berdasar dari aktifitas yang biasanya dilakukan seperti membaca komik dan menonton kartun. Secara tidak langsung, mereka ingin menguasai cara menggambar objek secara mirip dari tokoh cerita yang digemarinya.
Dalam kegiatan siswa meniru gambar tokoh cerita kesukaannya juga bisa menjadikan penghambat bagi perkembangaan nalar yang semakin realis. Anak-anak terkadang selalu memiliki pikiran untuk dapat meniru gambar tokoh cerita dengan sangat mirip, namun pada kenyataannya hasil gambar yang tidak mirip dapat menjadi mengganggu rasa percaya diri anak tersebut sehingga mereka lebih suka menghapus gambar karyanya.
Anak-anak sekolah dasar masa kini, tampak sangat tertarik oleh aneka cerita komik buatan seniman asing, terutama buatan seniman Jepang. Tokoh-tokoh cerita tersebut kini telah begitu mengakar dalam ingatan anak-anak. Ketika anak-anak membuat gambar sebagai tugas yang diberikan oleh guru di sekolah, atau pun ketika menggambar suka hati di rumah, gambaran yang sering dibuat adalah gambar tokoh-tokoh cerita komik sebagai objek gambar kesukaan mereka. Tokoh-tokoh komik itu yang kini telah mendominasi inspirasi mereka dalam menggambar. Oleh karena itu, komik sebagai karya seni rupa dan sastra dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap daya kreatifitas anak sekolah dasar dalam membuat suatu karya seni rupa yang berupa gambar.


Minggu, 16 Maret 2014

Membatik Sederhana


            Negara Indonesia adalah negara yang terkenal di dunia sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia ini tentunya menjadi daya tarik yang utama bagi warga asing untuk datang ke Indonesia menyaksikan secara langsung kebudayaan yang telah ada. Salah satu kebudayaan Indonesia yang paling terkenal adalah batik. Batik merupakan warisan budaya nusantara (Indonesia) yang mempunyai nilai dan perpaduan seni yang tinggi, sarat dengan makna filosofis dan simbol penuh makna yang memperlihatkan cara berpikir masyarakat pembuatnya. Batik adalah proses penulisan gambar atau ragam hias pada media apapun dengan menggunakan lilin sebagai alat perintang warna. Batik termasuk kerajinan yang telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak dahulu.
            Batik biasanya menjadi motif pada kain atau tekstil sehingga termasuk dalam seni tekstil. Motif dan corak yang khas dan unik itu menjadi daya tarik bagi orang yang melihatnya, sehingga masih sampai saat ini banyak orang yang mencintai dan bahkan menggunakan produk dengan motif batik, seperti: baju batik, celana batik, tas batik, dan lain-lain.  Namun batik juga dapat dibuat pada media kertas atau kanvas sehingga menjadi lukisan batik. Lukisan batik ini termasuk dalam seni terapan karena memiliki unsur-unsur keindahan yang dapat dijadikan sebagai pajangan untuk menghiasi ruangan atau suatu tempat agar menjadi lebih indah.
            Untuk membuat batik tidak boleh sembarangan, ada prinsip-prinsip yang harus kita ketahui terlebih dulu dalam membuat batik. Adapun prinsip dalam membatik adalah prinsip pewarnaan dan pelekatan lilin (malam). Batik dibuat melalui proses atau tahapan-tahapan yang harus dilakukan dengan benar. Pada proses pembuatan batik pada seni tekstil, ada beberapa media yang digunakan seperti: kain, pewarna, perintang (lilin), dan canting. Media utama dalam membuat batik adalah lilin (perintang). Lilin ini digunakan sebagai penghalang warna sehingga saat proses pewarnaan tidak terjadi penyerapan warna pada lilin yang diaplikasikan pada kain sehingga warna lilin tersebut tidak berubah warna.
Dalam perkuliahan seni rupa pada pertemuan keempat, kami diajarkan tentang prinsip membatik. Sebelumnya saya merasa penasaran apakah benar saat memberikan warna menggunakan lilin (perintang) tidak akan dapat merubah warnanya meskipun diberikan pewarna lain. Nah oleh karena itu, kami diajak untuk mempraktekan prinsip membatik. Adapun bahan yang digunakan antara lain:
      1. Kertas gambar sebagai pengganti kain.
      2. Krayon sebagai pengganti lilin (malam).
      3. Cat air atau (pewarna makanan, pewarna alami) sebagai pengganti pewarna kain.
      4. Kuas.
      5. Palet.
      6. Pensil.

Prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut:
  1. Siapkan kertas gambar.
  2. Buatlah rencana gambar di atas kertas gambar dengan pensil. Buatlah dengan tipis saja. Atau bisa langsung menggunakan krayon.
  3. Tebalkan gambar tadi dengan menggunakan krayon, usahakan ditekan agar krayon melekat dengan baik.
  4. Setelah gambar ditebalkan, tutupi seluruh permukaan kertas gambar tersebut dengan memberikan pewarna cat air dengan kuas. Usahakan agar warnanya tidak sama dengan warna krayon yang digunakan untuk menggambar.
  5. Jika sudah diwarnai semua maka langkah terakhir adalah pengeringan dengan cara diangin-anginkan atau dijemur.

Nah, dibawah ini adalah hasil karya membatik yang saya buat.

Gambar yang menggunakan prinsip membatik

 Cukup sederhana bukan? Ternyata memang benar warna gambar yang menggunakan krayon tersebut tidak mengalami perubahan warna setelah ditumpuk dengan pewarna cat air. Krayon yang digunakan ternyata memiliki kandungan yang sama dengan lilin sehingga dapat digunakan sebagai perintang atau penghalang warna. Krayon dan lilin ternyata mengandung minyak. Oleh karena itu, seperti yang kita ketahui bahwa air dan minyak tidak dapat menyatu sehingga lilin dan krayon itu dapat menjadi perintang atau penghalang warna sehingga gambar yang dibuat dengan krayon tidak akan berubah warnanya meskipun ditumpuk dengan pewarna lain seperti cat air.
Kegiatan tersebut sangatlah menarik bagi saya, karena saya baru menyadari bahwa krayon dapat menjadi perintang atau penghalang warna. Kegiatan menggambar pun menjadi lebih mengasyikkan. Sebagai calon guru sekolah dasar, kegiatan menggambar membatik ini bisa menjadi pilihan yang tepat. Selamat mencoba!
           

 Nb: Tugas Mata Kuliah Pendidikan Seni Rupa